“Kapan anak harus ke dokter gigi pertama kali?”
Pertanyaan ini sering muncul di benak orang tua.
Menurut American Academy of Pediatric Dentistry, anak harus ke dokter gigi pertama kali sebelum ulang tahun pertama mereka atau dalam waktu 6 bulan setelah gigi pertama tumbuh.
Mengejutkan, bukan?
Sebagai orang tua, kita cenderung menunggu sampai ada masalah.
Tapi kenyataannya, kunjungan awal bisa mencegah masalah besar seperti gigi berlubang dini, karies botol susu, dan kecemasan anak terhadap perawatan gigi.
Artikel ini menyajikan panduan tentang waktu ideal, tanda-tanda penting, tips praktis, serta hal yang perlu dipersiapkan sebelum membawa si kecil ke dokter gigi.
Kapan Waktu Ideal Anak ke Dokter Gigi Pertama Kali?
Waktu anak pertama saya tumbuh gigi untuk pertama kalinya, itu sekitar usia 7 bulan.
Giginya lucu banget, tapi langsung muncul pikiran, “Eh… ini udah waktunya ke dokter gigi, belum sih?”
Waktu itu saya tunda-tunda. Saya pikir, ya nanti aja pas udah banyak giginya.
Ternyata, setelah ngobrol dengan teman yang kebetulan seorang pedodontist (dokter gigi anak), saya baru tahu bahwa anak seharusnya ke dokter gigi paling lambat saat usia 12 bulan atau 6 bulan setelah gigi pertama tumbuh.
Ini bukan asal saran, tapi berdasarkan rekomendasi dari American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) dan juga direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia.
Kenapa harus secepat itu? Ternyata, kunjungan awal itu penting banget buat pencegahan.
Jadi bukan nunggu ada masalah dulu. Gigi anak itu, walaupun masih gigi susu, tetap bisa kena karies dini, apalagi kalau sering dikasih susu botol saat tidur atau camilan manis.
Anak saya juga pernah muncul bintik putih di giginya pas umur 2 tahun, ternyata itu awal mula karies.
Kalau Anda tunda kunjungan, risiko kerusakan makin besar.
Saya pernah lihat sendiri di ruang tunggu klinik, ada balita umur 3 tahun yang harus ditambal karena giginya bolong parah.
Ibunya bilang belum pernah bawa ke dokter gigi sama sekali, karena mikir “kan giginya masih bakal copot.”
Padahal gigi susu itu fondasi gigi permanen, lho.
Dari pengalaman itu, anak kedua saya saya ajak ke dokter gigi pas giginya baru dua biji.
Dan, suasananya beda, lebih santai, nggak ada drama karena belum ada rasa takut.
Dokternya juga cuma periksa ringan dan ngobrol santai sambil main, jadi anak saya enjoy aja.
Saran saya: Jangan tunggu gigi bolong dulu baru ke dokter.
Lebih baik kenalan dulu sama dokternya pas anak masih senang-senangnya main.
Jadinya nggak trauma, dan kita sebagai orang tua juga lebih siap soal perawatan gigi anak.
Kalau Anda belum tahu harus mulai dari mana, cari klinik gigi yang punya spesialis anak, atau yang ruang tunggunya ramah anak.
Terlihat sepele, tapi ngaruh banget buat pengalaman pertama mereka.
Tanda-Tanda Anak Perlu Segera Diperiksa Dokter Gigi
Saya pernah mengabaikan bintik putih kecil di gigi depan anak saya karena saya pikir itu sisa susu.
Ternyata bukan. Itu tanda awal karies gigi, kata dokter.
Kalau saja saya periksa lebih cepat, mungkin giginya nggak harus ditambal.
Banyak orang tua, termasuk saya dulu, nggak sadar kalau bintik putih atau kekuningan di gigi susu adalah peringatan dini.
Bukan cuma masalah estetika, itu bisa jadi sinyal ada mineral yang hilang dari permukaan gigi anak.
Kalau dibiarkan, bisa berkembang jadi lubang kecil, terus makin besar, dan akhirnya bikin anak kesakitan.
Saya juga sempat cuek pas anak saya mulai bau mulut.
Banyak orang tua mungkin menganggap itu karena belum sikat gigi dengan benar.
Tapi bau itu menetap, dan ternyata gusinya bengkak karena infeksi ringan.
Menurut dokter, kondisi kayak gitu sering dianggap sepele padahal bisa cepat memburuk kalau nggak ditangani.
Hal lain yang jadi tanda anak butuh periksa gigi adalah saat dia suka menggigit gagang sendok atau ujung mainannya, bahkan sambil ngiler.
Awalnya saya kira itu fase tumbuh gigi. Tapi setelah diperiksa, ternyata ada tekanan di gusi yang bikin dia nggak nyaman.
Bahkan dokter bilang, ada anak yang sampai menggesek rahang bawah ke atas karena merasa gatal atau ngilu.
Dan yang paling bikin saya khawatir waktu itu adalah saat anak saya nangis tiap kali disikat giginya.
Saya kira dia cuma drama. Tapi ternyata dia memang merasa sakit, sudah ada lubang kecil di giginya.
Pelajarannya, kalau anak rewel saat makan atau sikat gigi, jangan disepelekan. Bisa jadi itu alarm bahwa ada yang nggak beres.
Jadi, kalau Anda lihat salah satu dari tanda-tanda ini: bintik mencurigakan, bau mulut terus-menerus, kebiasaan menggigit yang nggak biasa, atau reaksi sakit saat makan, segera aja bawa ke dokter gigi anak.
Lebih cepat lebih baik. Jangan tunggu sampai gigi anak harus ditambal atau bahkan dicabut.
Apa yang Terjadi Saat Kunjungan Pertama ke Dokter Gigi?
Waktu pertama kali bawa anak saya ke dokter gigi, saya lebih gugup dari dia.
Saya udah bayangin drama tangis, guling-guling di lantai, pokoknya kacau.
Tapi ternyata… ya ampun, beda banget dari yang saya kira.
Begitu masuk ruang praktik, suasananya kayak taman bermain.
Ada boneka, mainan, kartun di TV, bahkan kursinya warna-warni.
Dokternya langsung menyapa anak saya dengan suara ceria, dan ngajak kenalan pakai boneka tangan lucu.
Anak saya senyum-senyum. Saya? Lega setengah mati.
Pas pemeriksaan, dokter nggak langsung nyuruh buka mulut kayak kita orang dewasa.
Dia mulai dari hal sederhana: ngajak ngobrol, ngelus pipi anak saya, terus bilang, “Yuk, kita hitung gigi adek bareng-bareng.”
Ternyata itu trik buat periksa gigi dan gusi tanpa bikin anak tegang.
Nggak ada tindakan aneh-aneh. Nggak ada bor.
Cuma pemeriksaan ringan pakai cermin kecil dan lampu khusus, buat lihat kondisi gigi, bentuk rahang, dan pertumbuhan gusi.
Yang bikin saya kagum, dokter juga edukasi saya soal cara nyikat gigi yang benar, kapan mulai pakai pasta gigi fluoride, dan kenapa susu botol sebelum tidur itu bahaya.
Saya baru tahu juga kalau di kunjungan pertama, fokus utamanya adalah bangun kepercayaan anak.
Jadi anak nggak langsung takut setiap lihat dokter gigi.
Dokter bahkan kasih hadiah kecil di akhir kunjungan, stiker lucu dan sikat gigi baru.
Anak saya langsung bangga dan bilang, “Aku berani ke dokter gigi!”
Kunjungan itu cuma sekitar 20 menit, tapi efeknya luar biasa.
Sekarang setiap kali saya bilang, “Yuk, kontrol ke dokter gigi,” dia semangat.
Jadi buat Anda yang belum pernah bawa anak ke dokter gigi, kunjungan pertama itu bukan tentang perawatan, tapi tentang pengalaman positif pertama yang akan membentuk sikap anak ke depannya.
Tips Agar Anak Tidak Takut ke Dokter Gigi
Banyak orang tua yang asal bawa anaknya ke klinik gigi terdekat tanpa persiapan apa pun.
Begitu lihat kursi dokter gigi, anak mungkin langsung nangis kejer dan akhirnya pulang tanpa diperiksa sama sekali.
Jadi gimana cara agar anak nggak trauma ke dokter gigi?
Salah satu yang paling efektif adalah dengan main peran “dokter-dokteran” di rumah.
Saya pura-pura jadi dokter gigi, pakai sendok kecil sebagai cermin, terus anak saya saya minta periksa boneka.
Kadang gantian, dia yang jadi dokter. Ternyata simulasi kecil ini bikin dia jauh lebih siap dan familiar.
Hal lain yang penting banget, jangan pernah menakut-nakuti anak soal dokter gigi.
Sebagian orang bilang ke anaknya, “Nanti kalau nggak gosok gigi, dicabut lho sama dokter!”
Itu niatnya mungkin bercanda, tapi efeknya bisa bikin anak takut duluan.
Saya sendiri dulu pernah salah ngomong kayak gitu, dan hasilnya… ya, makin susah diajak.
Upayakan pula untuk cari klinik yang ramah anak dan suasananya ceria.
Beberapa klinik ramah anak memiliki tema kartun, ruang tunggunya penuh mainan, bahkan dokternya pakai kostum lucu.
Beda banget auranya, dan anak jadi lebih santai.
Dan yang nggak kalah penting dampingi anak dengan sabar.
Jangan tunjukkan panik atau kesal kalau dia takut.
Pegang tangannya, ajak ngobrol, dan setelah selesai, kasih pujian: “Kamu hebat banget hari ini!”
Bisa juga ditambah hadiah kecil kayak es krim sehat atau stiker.
Bukan nyogok ya, tapi bentuk apresiasi atas keberanian mereka.
Pokoknya kuncinya itu: persiapan di rumah, pilih tempat yang tepat, dan kasih dukungan emosional.
Kalau semua itu dilakukan, niscaya anak nggak akan takut lagi.
Bahkan bisa jadi nanti dia yang ngajak, “Ma, kapan kita ke dokter gigi lagi?” 🦷✨
Cara Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini
Jangan pernah berpikir, “Ah, kan masih gigi susu, nanti juga copot.”
Karena ternyata gigi susu itu penting banget.
Bukan cuma buat makan, tapi juga bantu anak belajar ngomong, senyum dengan percaya diri, dan jadi fondasi buat gigi tetap nantinya.
Sekarang saya selalu bilang ke teman-teman: begitu gigi pertama tumbuh, langsung mulai dibersihkan.
Nggak perlu tunggu sampai anak bisa kumur atau gosok gigi sendiri.
Waktu anak saya baru tumbuh dua gigi bawah, saya pakai kain kasa basah atau sikat silikon yang masuk di jari buat bersihin setelah dia makan atau minum susu.
Nggak selalu gampang, kadang anaknya nolak, tapi saya terus coba dengan cara yang fun.
Kadang saya nyanyi sambil bersihin giginya, atau saya ajak dia lihat saya sikat gigi juga.
Pas usianya masuk 1 tahun, saya mulai pakai sikat gigi khusus bayi dan pasta gigi berfluoride (yang ukurannya cuma sebesar sebutir beras, ya!).
Banyak orang takut fluoride, tapi setelah saya baca dan tanya ke dokter gigi anak, justru itu penting untuk mencegah gigi berlubang asal jumlahnya pas.
Dan ini pelajaran yang saya pelajari dengan cara pahit: jangan kasih susu botol sambil tidur.
Dulu saya pikir itu bikin anak gampang tidur, padahal sisa susunya nempel di gigi semalaman dan jadi penyebab utama karies botol.
Sekarang, sebelum tidur, anak saya sikat gigi dulu, dan kalau haus malam-malam, saya kasih air putih aja.
Ngomong-ngomong soal makanan, saya juga mulai ngontrol asupan manis.
Nggak ekstrem, tapi saya batasi biskuit manis atau permen, apalagi yang lengket.
Kalau makan manis, habis itu saya biasakan dia minum air putih buat “bilas” mulutnya.
Dan sejak saya terapkan rutin, giginya jauh lebih sehat, dan kunjungan ke dokter gigi cuma kontrol rutin, nggak ada drama tambal-tambalan lagi.
Jadi intinya, perawatan gigi anak itu dimulai sejak dini banget.
Jangan tunggu sampai gigi bermasalah.
Lebih baik capek sedikit sekarang, daripada harus berurusan dengan gigi berlubang dan tangisan di ruang dokter nanti.
Kapan Harus Kembali ke Dokter Gigi?
Setelah kunjungan pertama ke dokter gigi jangan beranggapan tugas lantas selesai.
Dokter biasanya akan bilang, “Kita ketemu lagi ya, enam bulan lagi.”
Saya sempat mikir, “Lho, kenapa sering banget? Giginya aja baru segitu.”
Ternyata jadwal kontrol tiap 6 bulan itu penting banget.
Gigi anak itu tumbuh cepat. Dalam waktu 6 bulan bisa beda banget kondisinya.
Dulu anak saya datang dengan cuma 4 gigi susu, enam bulan kemudian udah nambah jadi 10.
Lewat kontrol rutin, dokter bisa pantau perkembangan gigi dan bentuk rahangnya, termasuk posisi gigi yang mulai miring atau tumbuh mepet.
Bahkan kadang masalah itu nggak kelihatan dari luar, tapi dokter bisa deteksi lebih awal sebelum jadi serius.
Saya juga baru tahu kalau gigi berjejal dan pertumbuhan rahang yang tidak seimbang itu bisa terlihat sejak usia dini, bahkan sebelum anak masuk SD.
Anak saya sempat diduga punya rahang bawah yang sedikit mundur, dan dokternya sarankan latihan sederhana kayak meniup peluit atau sedotan, supaya otot rahangnya aktif.
Kalau saya nunggu sampai dia remaja, mungkin udah harus pakai behel.
Jadi jangan tunggu sampai anak ngeluh sakit gigi baru ke dokter lagi.
Kontrol rutin ini bukan sekadar ngecek gigi berlubang, tapi juga sebagai deteksi dini berbagai masalah pertumbuhan gigi, yang kalau ditangani cepat, bisa jauh lebih hemat dan nggak menyakitkan.
Sekarang saya udah bikin pengingat di kalender: kontrol gigi tiap 6 bulan.
Biasanya saya jadwalkan pas libur sekolah atau akhir pekan, biar anak nggak capek.
Dan makin ke sini, anak saya malah nanya sendiri, “Kapan kita ke dokter gigi lagi, Ma?”
Itu karena dia udah terbiasa dan nggak ada trauma.
Jadi kalau Anda belum balik ke dokter gigi sejak kunjungan pertama anak, mungkin ini saatnya buat bikin janji lagi.
Gigi anak kita nggak nungguin kita siap, dia tumbuh terus!